HowtoStudyTheBible

Berbicara mengenai kepemimpinan Kristen, mau tidak mau kita harus merujuk kepada Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dan Kepala Gereja, serta Alkitab, yang adalah firman Allah. Di tengah-tengah dunia yang terus berubah, sangat mudah seorang pemimpin Kristen terpengaruh oleh rupa-rupa ajaran mengenai Yesus Kristus yang menyimpang dari Alkitab. Sering kali penyimpangan tersebut sedemikian halusnya, sehingga tanpa sadar kita menjadi pengikut Yesus Kristus kontemporer, hasil imajinasi manusia, yang tentu berbeda dengan Yesus Kristus dalam Alkitab.

Sebagai jemaat GKI, tentu kita harus merujuk kepada Tata Gereja GKI untuk mengenal siapa Yesus Kristus. Pengakuan Iman GKI, yang terdapat pada Pasal 3, Tata Dasar, Tata Gereja tahun 2009, menyatakan Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat dunia, sumber kebenaran dan hidup, dan Kepala Gereja, yang mendirikan gereja dan memanggil gereja untuk hidup dalam iman dan misi-Nya. GKI mengakui imannya, bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah firman Allah, yang menjadi dasar dan norma satu-satunya bagi kehidupan gereja . Pengakuan Iman ini mengonfirmasi siapa Yesus Kristus, dan menegaskan bahwa Alkitab adalah dasar dan norma satu-satunya bagi kehidupan gereja1. Dengan demikian, kita akan dapat mengenal Yesus Kristus sebagaimana diwahyukan dalam Alkitab, serta dapat menolong kita menangkal ajaran Yesus Kristus yang menyimpang dari Alkitab (another Jesus Christ from another gospel).

Kekristenan Progresif dan New Age Movement
Dunia menawarkan Yesus Kristus yang berbeda dari yang kita kenal melalui Alkitab, yaitu Pribadi kedua dalam Allah Tritunggal yang berinkarnasi menjadi manusia. Richard Rohr, rahib ordo Fransiskan dan juga salah satu tokoh Kristen Progresif, memaparkan dalam bukunya, The Universal Christ: How a Forgotten Reality Can Change Everything We See, Hope for and Believe, bahwa alam semesta, termasuk manusia, adalah produk dari sebuah inkarnasi Allah. Ada natur ilahi dalam seluruh ciptaan, termasuk dalam diri kita2 . Dalam bukunya yang lain, Richard Rohr menulis:

So incarnation is not about Jesus and the extended somehow to you and me created in the divine image … Table is not reserved exclusively for the Three, nor is the divine circle dance a closed circle: we’re all invited in3.

Karena manusia memiliki natur ilahi, maka Allah Trinitas membuka diri-Nya untuk merangkul kita semua menjadi anggota keempat dari Allah Trinitas.

Merujuk kepada Alkitab dalam Kejadian 1:26, jelas ada perbedaan antara kita yang merupakan makhluk ciptaan, dengan Allah Tritunggal. We are created, limited and polluted. Kita adalah makhluk ciptaan yang terbatas dan berdosa. Kita tidak dapat dibandingkan dan disandingkan dengan Allah Tritunggal, yang Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Kudus, dan Maha Hadir. Natur kita berbeda dengan Allah Tritunggal. Dengan upaya apa pun, kita tidak akan menjadi Allah.

Sebaliknya, New Age Movement sangat menekankan keilahian manusia. Menurut mereka, manusia itu Allah juga. Doreen Virtue, mantan guru New Age Movement menulis, “The New Age twisted Genesis 1:26 that we were made in God’s image, and claimed that humans are eternally divine.4 Kitab Kejadian 1:26 diputarbalikkan untuk mendukung ajaran New Age, yang menyatakan pada dasarnya manusia itu Allah, karena diciptakan menurut gambar Allah. “New Age beliefs state that all human beings are divine like God,”.5

Steven Bancarz dan Josh Peck, eks pengikut New Age Movement menulis:

Jesus is a person, but “Christ” is a reference to a divine state of consciousness. Christ is not someone outside us. . . Christ Consciousness is believed to be the state of realizing that one is as Christ was: unified with God. To be truly self-conscious (aware of oneself) is to be truly Christ-Conscious (aware of oneself as inseparable from God) … Christ Conciousness implies, as we have seen, that man holds divinity within himself.6

Jadi, istilah “Christ consciousness” ini mau menunjukkan, manusia pada dasarnya memiliki natur ilahi dalam dirinya. Setiap kita bisa mencapai kondisi yang disebut “Christ Conciousness” (Kesadaran Kristus).

Kristen Progresif yang telah disusupi oleh ajaran New Age mengonfirmasi bahwa manusia memiliki natur ilahi dalam dirinya. Inkarnasi tidak hanya merujuk kepada Yesus Kristus, tetapi juga segenap alam semesta, termasuk manusia. Felten dan Murphy mengatakan, “The true ‘essence’ of incarnation is God’s indwelling in all creation, from the smallest yet-to-be identified particle to be furthest reaches of the cosmos. . . The incarnation is finally not just about Jesus alone but about us.7 Karena manusia merupakan manifestasi Allah yang berinkarnasi, maka manusia adalah Allah. Jika manusia adalah Allah, tentu manusia tidak mungkin berdosa dan tidak memerlukan penebusan (atonement) Kristus di kayu salib. Itulah sebabnya Kristen Progresif menolak kejatuhan manusia (original sin) dan karya penebusan Kristus di kayu salib untuk menebus dosa manusia.

Manusia berdosa yang menyangkal natur dosa dalam dirinya, selalu berupaya mengudeta otoritas Tuhan dan merebut takhta-Nya, seperti yang dikatakan Bancarz dan Peck,

Sin nature”, our perpetual desire to rebel against God, usurp the divine authority of God, and seat ourselves in His place … New Age teachers who say we can all become Christ by raising our consciousness to a higher level of self-divinity.

Manusia demikian ini percaya pada kekuatan diri sendiri untuk mencapai status kesadaran lebih tinggi dan tercerahkan, sehingga dapat menjadi Allah (Ilahi). Bagi mereka, Yesus hanyalah manusia biasa yang telah mencapai “level Kristus” (Christ) yang paling sempurna.

Janganlah kita terkecoh dengan istilah “Kristus” (Christ) yang mereka gunakan. “Kristus” dalam ajaran spiritual baru ini tidak identik dengan Kristus dalam Alkitab. Kata “Kristus” di sini sering disandingkan dengan kata kesadaran, yang lebih berkaitan dengan energi, kekuatan dalam diri manusia, untuk menggapai kesadaran lebih tinggi, hingga tercerahkan menjadi “Kristus” (Ilahi). Siapa pun dapat menjadi “Kristus”, dalam pemahaman spritualitas ini. Istilah “Christ–consciousness” memiliki makna yang sama dengan God-conciousness, God-realization, God-essence, true-Self, yang berarti manusia itu Allah. Kata “Kristus” (Christ) di sini bernuansa New Age - Human are divine.

Kekristenan Progresif jelas menolak Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat Dunia, Sumber Kebenaran dan Hidup. Pemimpin Kristen yang menganut gagasan tersebut akan menolak otoritas Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja. Mereka juga akan menolak otoritas Alkitab sebagai dasar dan norma satu-satunya bagi kehidupan gereja. Mereka menjadi subjek yang berotoritas atas Alkitab. Alkitab harus tunduk kepada penafsiran mereka. Dasar dan norma satu-satunya adalah sesuatu yang mustahil, tidak sesuai dengan roh Kristen Progresif.

Creation-Fall-Redemption- Consummation (C-F-R-C).
Alisa Childers menegaskan, inti narasi Alkitab dapat dipahami melalui empat tindakan, yaitu Penciptaan, Kejatuhan, Penebusan, Restorasi. “The Christian gospel can be best explained in four movements: Creation, Fall, Redemption, and Restoration8 ( C-F-R-C).

Inilah narasi Alkitab mengenai rencana keselamatan Allah bagi manusia yang telah jatuh dalam dosa. Christian worldview yang berfokus pada kejatuhan manusia dan penebusan oleh Kristus, sulit diterima oleh kelompok Kristen Progresif. Demikian pula New Age Movement akan menolaknya. Bagi mereka, manusia adalah produk inkarnasi Allah. Manusia memiliki natur ilahi. Bagaimana mungkin manusia-ilahi ini bisa jatuh dalam dosa, sehingga memerlukan penebusan Kristus?

Sebagai gantinya mereka merombak Creation-Fall-Redemption-Consummation/C-F-R-C (istilah yang sering dipakai untuk mewakili narasi keselamatan menurut Alkitab, dimana istilah consummation lebih sering digunakan dibandingkan restoration) ini menjadi C-I-C (Creation, Incarnation, Christ). Tidak perlu lagi karya Yesus Kristus di kayu salib untuk menebus dosa manusia (atonement). Yang penting, manusia itu harus berupaya mencapai kesadaran lebih tinggi, agar tercerahkan menjadi “Kristus” (ilahi). Bagi pengikut Kristen Progresif maupun New Age Movement, C-I-C sangat relevan dan kontekstual bagi spiritualitas di zaman ini.

Dalam Pemahaman Bersama Iman Kristen, Lampiran 4, Tata Gereja GKI Tahun 2023, jelas tergambar C-F-R-C dalam butir 4A hingga 4F (430-436). Allah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus, dan di dalam Dia Allah menyediakan keselamatan bagi orang yang percaya (Yoh. 3:16, Kis. 16:31). Hanya pada-Nya manusia akan beroleh keselamatan yang kekal (Kis. 4:12; Yoh. 14.6), yang dicari-cari oleh umat manusia di sepanjang zaman dan dengan pelbagai cara9 .

Pdt. Eka Darmaputera meyakini keselamatan hanya melalui Kristus. Ia menyatakan,
a) bahwa semua orang, tanpa terkecuali, berdosa dan oleh karena itu hanya layak untuk memperoleh hukuman dan dibinasakan;
b) bahwa semua orang, tanpa terkecuali tidak mampu menyelamatkan diri sendiri; dan
c) bahwa semua orang, tanpa terkecuali, dikaruniai kemungkinan menerima anugerah keselamatan dari Allah, melalui iman kepada karya penebusan Tuhan Yesus Kristus.10
Sebuah pengakuan keyakinan terhadap rencana keselamatan Allah bagi umat manusia, yang sulit diterima penganut Kristen Progresif.

Waspadai Spiritualitas Baru
Jason Jimenez, dalam bukunya Hijacking Jesus: How Progressive Christians Are Remaking Him and Taking Over His Church mengingatkan,“Their perspective not only uproot the fabric of historic Christianity but overhaul the very identity and integrity of Jesus and push the boundaries of biblical theology.11 Tujuan spiritualitas baru ini bukan semata-mata untuk menghancurkan Kekristenan historis, tetapi juga menggugat integritas sosok Yesus Kristus, sebagaimana yang dipahami dalam teologi alkitabiah.

Lucas Miles, dalam bukunya Woke Jesus: The False Messiah Destroying Christianity, menulis bahwa perspektif Kristen Progresif adalah berupaya untuk mereduksi Kristus menjadi seorang revolusioner, nabi atau orang bijak. “Spiritual viewpoint upheld by Progressive Christian today, that reduces Christ to a mere revolutionary, prophet, or sage.”12 Jelas, ajaran Kristen Progresif ini bukan bersumber dari Alkitab.

Paulus, dalam Galatia 1:6-7, mengingatkan kita untuk teguh memegang Injil kebenaran Tuhan dan tidak mudah diombang-ambingkan injil lain yang menyesatkan.

Aku heran kamu begitu lekas berbalik dari Dia yang dalam anugerah Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil yang lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.

Petrus, dalam 2Petrus 2:1, juga mengingatkan kita untuk waspada terhadap berbagai ajaran yang menyimpang dari Alkitab:

Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka sendiri.13

Sebagai pemimpin, jangan sampai terjerat ajaran spiritualitas baru yang berfokus pada keagungan dan kekuasaan manusia. Fokus Kekristenan adalah untuk memuji, memuliakan, mengagungkan Tuhan, bukan diri sendiri. . . that the New Age is all about glorifying and empowering yourself, while Christianity is about glorifying God and praising Him for His power.14

_____________________

Referensi:
BPMS GKI. 2009. Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Indonesia. PT. Adhitya Andrebina Agung, Jakarta.
Rohr, Richard. 2019. The Universal Christ: How a Forgotten Reality Can Change Everything We See, Hopefor and Believe. SPCK Publishing, UK.
Rohr, Richard. 2016. The Divine Dance: The Trinity and Your Transformation. Whitaker House, New Kensington, USA.
Virtue Doreen. 2020. Deceived No More: How Jesus Led Me out of the New Age and into His Word. Emanate Book, Tennessee, USA.
Mercier Bryan, 2020. Counterfeit Spirituality: Exposing False Gods. Our Sunday Visitor, USA.
Bancarz, Steven and Peck Josh. 2018. The Second Coming of the New Age: The Hidden Dangers of Alternative Spirituality in Contemporary America and Its Churches. Defender Publishing, USA.
7 Felten, David M. and Murphy, Jeff Procter. 2012. Living The Question: The Wisdom of Progressive Christianity. HarperCollins Publisher, New York, USA.
Childers, Alisa. 2020. Another Gospel: A lifelong Christian Seeks Truth in Response to Progressive Christianity. Tyndale Momentum, Iilinois, USA.
9 BPMS GKI. 2023. Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Indonesia. Grafika Kreasindo, Jakarta.
10 Darmaputera, Eka, 1996. Boleh Diperbandingkan, Jangan Dipertandingkan: Refleksi tentang Ajaran Kristen di Tengah-tengah Ajaran-Ajaran lain di Dalam Penuntun – Jurnal Teologi dan Gereja Vol.2, No.6, Januari – Maret 1996. Gereja Kristen Indonesia Jawa Barat, Jakarta.
11 Jimenez, 2023. Hijacking Jesus: How Progressive Christians Are Remaking Him and Taking Over His Church. Salem Books, Washington, USA.
12 Miles, Lucas. 2023. Woke Jesus: The False Messiah Destroying Christianity. Humanix Books, West Palm Beach, USA.
13 LAI. 2023. Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua. Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.
14 Virtue Doreen. 2020. Deceived No More: How Jesus Led Me out of the New Age and into His Word. Emanate Book, Tennessee, USA.